JOSR: Journal of Social Research
Oktober 2022, 1 (11), 263-276
p-ISSN: 2827-9832 e-ISSN: xxxx-xxxx
Available online at http:// https://ijsr.internationaljournallabs.com/index.php/ijsr
http://ijsr.internationaljournallabs.com/index.php/ijsr
ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DI DESA BANAI KARANG BARU
ACEH TAMIANG ACEH
Cut Azura Izatul Nufus
Fakultas Teknik, Universitas Samudra,Indonesia
icoet23102000@gmail.com
Abstrak (indonesia)
Received:26September
2022
Revised:8Oktober
2022
Accepted:11Oktober
2022
Latar Belakang: Masyarakat suku Aceh telah
menggunakan tanaman yang berpotensi
sebagai obat tradisional upaya dalam
mengatasi masalah kesehatan.
Tujuan: mendata dan menyajikan jenis-jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
oleh masyarakat Melayu di Desa Banai
Karang Baru Aceh Tamiang, untuk
mendeskripsikan pengaplikasian tumbuhan
obat pada masyarakat di Desa Banai sebagai
pengobatan tradisional dan untuk melakukan
analisis kualitatif tumbuhan obat tradisional
di Desa Banai Kecamatan Karang Baru Aceh
Tamiang.
Metode: kualitatif dan kuantitatif. Penelitian
ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli 2021
hingga Februari 2022 dengan pengambilan
data lapangan dilakukan pada bulan Oktober
hingga November 2021 di Desa Banai
Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh
Tamiang, Provinsi Aceh.
Hasil: Masyarakat Desa Banai Kecamatan
Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang
memanfaatkan tanaman obat sebanyak 60 jenis
yang dikelompokkan ke dalam 37 Famili
Kesimpulan: Tumbuhan obat yang
dimanfaatkan untuk bahan obat oleh
masyarakat di Desa Banai, Kecamatan
Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang
berjumlah 60 spesies (37 famili).
Penggunaan tumbuhan obat tertinggi adalah
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
264
pada bagian daun dengan cara pemanfaatan
berupa rebusan (67%), diencerkan dengan air
(25%), perasan (3%), olesan (2%) , ditumbuk
(1%) dan dibakar (2%). Nilai guna (UV)
tertinggi diperoleh pada dua spesies yaitu
Alpinia purpurata (1,00) dan Tagetes erecta
(1,00), Berdasarkan ICF Informant
Consensus Factor dengan nilai tertinggi
terdapat pada jenis penyakit diare, asam urat,
demam dan gangguan pencernaan dengan
nilai rata-rata 1,00. Fidelity level (FL)
tertinggi yaitu Alpinia purpurata (100%),
Tagetes erecta (100%) , Hibiscus rosa
sinensis (61,66%) , Jatropha curcas
(46,66%),Curcuma longa (30%),Citrus x
limon (26,66%), Pandanus amaryllifolius
(23,33%) , Morinda citrifolia (23,33%) ,
Murraya koenigii (21,66%) dan Averrhoa
bilimbii (21,66%) .
Kata kunci: Aceh Tamiang, Desa Banai,
Etnobotani, Tanaman Obat
Abstract (English)
Permukiman Banai adalah sebuah desa di
Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh
Tamiang. Karena tingkat keanekaragaman
tumbuhan yang tinggi dan penggunaan
tumbuhan obat tidak pernah
didokumentasikan, keahlian etnobotani di
perkotaan dengan cepat terkikis. Sangat
penting untuk melakukan penelitian sesegera
mungkin. Oleh karena itu, diperlukan
penelitian di Desa Banai, Kabupaten Aceh
Tamiang, untuk mengidentifikasi jenis
tumbuhan dan pemanfaatannya oleh etnis
Melayu. Desa Banai, Kecamatan Karang
Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi
Aceh menjadi lokasi penelitian.
Pengumpulan data dilakukan dengan
pendekatan Snowball dengan memilih 60
informan untuk wawancara semi terstruktur.
Responsnya berkisar antara usia 15 hingga
68 tahun. Kuesioner semi terstruktur
digunakan untuk melakukan wawancara dan
diskusi. Pengamatan langsung di lapangan
dan spesimen tanaman obat lokal
dikumpulkan, diolah, dan dianalisis
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
265
menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif di Laboratorium Biologi
Universitas Samudra. Penduduk Desa Banai
menggunakan 60 jenis tanaman obat yang
terbagi dalam 37 kelompok berbeda.
Tanaman obat dari famili Zingiberaceae
merupakan tanaman obat yang paling
banyak dimanfaatkan. Daunnya merupakan
tanaman obat yang paling banyak digunakan
(67%), diikuti dengan maserasi (25%),
diperas (3%), dioleskan (2%), ditumbuk
(1%), dan dibakar (1%) (2%) . Dua tanaman,
Alpinia purpurata (1,00) dan Tagetes erecta
(1,00), memiliki nilai guna (UV) tertinggi
(1,00). Rata-rata 1,00 Alpinia purpurata
memiliki tingkat kesetiaan (FL) terbesar
(100%).
Background: The Acehnese people have
used plants that have the potential as
traditional medicines in an effort to
overcome health problems
Objective: to record and present the types of
plants used as medicine by the Malay
community in Banai Karang Baru Village,
Aceh Tamiang, to describe the application of
medicinal plants to the community in Banai
Village as traditional medicine and to
conduct a qualitative analysis of traditional
medicinal plants in Banai Village, Karang
Baru District Aceh Tamiang.
Methods: Qualitative and quantitative. This
research was carried out from July 2021 to
February 2022 with field data collection
carried out from October to November 2021
in Banai Village, Karang Baru District, Aceh
Tamiang Regency, Aceh Province.
Results: The community of Banai Village,
Karang Baru District, Aceh Tamiang
Regency utilizes 60 types of medicinal plants
which are grouped into 37 families
Conslusion: Medicinal plants that are used
for medicinal ingredients by the community
in Banai Village, Karang Baru District, Aceh
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
266
Tamiang Regency are 60 species (37
families). The highest use of medicinal plants
is in the leaves by using a decoction (67%),
diluted with water (25%), squeezed (3%),
spread (2%), ground (1%) and burned (2%).
The highest use value (UV) was obtained in
two species, namely Alpinia purpurata (1.00)
and Tagetes erecta (1.00). average 1.00. The
highest fidelity level (FL) were Alpinia
purpurata (100%), Tagetes erecta (100%),
Hibiscus rosa sinensis (61.66%), Jatropha
curcas (46.66%), Curcuma longa (30%),
Citrus x limon (26.66%), Pandanus
amaryllifolius (23.33%), Morinda citrifolia
(23.33%), Murraya koenigii (21.66%) and
Averrhoa bilimbii (21.66%) .
Keywords: Aceh Tamiang, Banai village,
Ethnobotany, Medicinal plants
*Correspondent Author : Cut Azura Izatul Nufus
Email : icoet23102000@gmail.com
PENDAHULUAN
Tanaman yang memiliki potensi di Indonesia berkisar antara 30.000
sampai 40.000 spesies (Widjaya et al, 2014). Sejumlah 940 spesies tanaman
memiliki khasiat obat dengan 78% di antaranya diambil langsung dari hutan.
Pengetahuan mengenai tumbuhan obat mempunyai ciri berbeda-beda setiap
daerah. Banyak jenis tanaman yang dipergunakan sebagai obat tradisional, hal ini
dapat menjadikan referensi bagi dunia pengobatan. Pada awalnya pengobatan
tradisional dikenal menggunakan ramuan jamu-jamuan. Sekarang ini, jamu masih
dipercaya sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan
telah dikembangkan dalam dunia industri modern (Dianto, Anam, & Khumaidi,
2015). Tingkat pengetahuan terhadap tumbuhan merupakan warisan secara turun-
menurun (Nurrani & Tabba, 2013). Pada saat ini, beberapa obat telah
dikembangkan dari tanaman obat alami yang dapat melawan berbagai penyakit
(Aghajani, Abbas, & Roshan, 2014).
Masyarakat suku Aceh telah menggunakan tanaman yang berpotensi
sebagai obat tradisional upaya dalam mengatasi masalah kesehatan. Tingkat
pengetahuan masyarakat di Aceh mengenai tanaman yang berkhasiat sebagai obat
dilihat berdasarkan pengalaman serta penerapan yang telah di wariskan dari
generasi ke generasi lainnya. Salah satu di Meunasah Rayeuk merupakan sebuah
daerah yang terdapat di Lamno, Aceh jaya. Daerah ini terdapat dekat dengan
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
267
wilayah pegunungan sehingga tingkat keragamannya melimpah. (Zahra &
George, 2017). Tingkat pemanfaatan tanaman obat dilakukan oleh masyarakat di
Daerah Rema, Bukit Tusam, Aceh Tenggara. Seperti diketahui, masyarakat di
daerah tersebut menggunakan tanaman obat sebagai obat alternatif (Ahmad,
Deswita, Ningsih, & Syafriadi, 2017). (Ziegler et al., 2021) mengetahui
pengetahuan masyarakat lokal serta memanfaatkan tanaman obat sebagai obat
tradisional Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang dan (Hu et al., 2021)
memanfaatkan tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat tradisional suku Anak
Jamee Kota Bahagia Kecamatan Aceh Selatan. Sejauh ini, belum ditemukan
penelitian di Desa Banai Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.
Desa Banai adalah desa yang berada di Kecamatan Karang Baru
Kabupaten Aceh Tamiang. Desa banai adalah kawasan yang memiliki berbagai
suku baik suku Aceh, Melayu dan Jawa serta Desa ini dekat dengan perkebunan
dan mempunyai tingkat keragaman tanaman yang melimpah. di Desa ini
masyarakatnya masih membudidayakan tumbuhan untuk dijadikan alternatif
sebagai obat alami. Penggunaan tumbuhaan obat merupakan bagian dari tradisi
masyarakat tradisional Indonesia, termasuk di Desa Banai. Melonjaknya harga
obat sintesis dan efek sampingnya bagi kesehatan meningkatkan kembali
penggunaan obat tradisional oleh Suku Tamiang atau Suku Melayu Tamiang
(Suwardi, NAVIA, HARMAWAN, & MUKHTAR, 2020).
Tumbuhan obat dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang merupakan
alternatif dan langkah awal untuk pengobatan penyakit serta peningkatan daya
tahan tubuh atau imunitas seseorang agar mencegah terinfeksi virus. Tanaman
yang digunakan diambil langsung dari hutan, perkebunan dan pekarangan rumah
dan ada di budidayakan masyarakat. Etnobotani merupakan pengetahuan
mengenai hubungan antara suatau tanaman dengan manusia, menggunakan
penekanan tertentu di budaya suku tradisional (Kalayu, 2013).
Tujuan Penelitian untuk mendata dan menyajikan jenis-jenis tumbuhan
yang dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat Melayu di Desa Banai Karang
Baru Aceh Tamiang, untuk mendeskripsikan pengaplikasian tumbuhan obat pada
masyarakat di Desa Banai sebagai pengobatan tradisional dan untuk melakukan
analisis kualitatif tumbuhan obat tradisional di Desa Banai Kecamatan Karang
Baru Aceh Tamiang
METODE PENELITIAN
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli 2021 hingga Februari
2022 dengan pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Oktober hingga
November 2021 di Desa Banai Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh
Tamiang, Provinsi Aceh. Pembuatan spesimen herbarium pada tumbuhan
dilakukan di Laboratorium Dasar Biologi Universitas Samudra. Jumlah responden
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
268
pada penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Slovin yang dikutip oleh
Husein umar (2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masyarakat Desa Banai Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh
Tamiang memanfaatkan tanaman obat sebanyak 60 jenis yang dikelompokkan ke
dalam 37 Famili (Tabel.2). Famili yang paling banyak dimanfaatkan adalah suku
Zingiberaceae yaitu 7 spesies, diikuti dengan Euphorbiaceae dengan 5 spesies,
Lamiaceae dengan 4 spesies dan famili yang tersisa masing-masing satu atau dua
spesies (Gambar 4.1). Zingiberaceae adalah famili yang dominan ditemukan dalam
penelitian di Desa Banai ini dikarenakan banyaknya tumbuhan yang digunakan
untuk obat tradisional. Jenis tumbuhan yang terdapat pada penelitian ini terdiri
dari satu atau dua spesies dalam satu famili menunjukkan bahwa masyarakat di
Desa Banai telah memanfaatkan berbagai tumbuhan obat.
Gambar 4.1 Jenis- jenis tanaman obat berdasarkan family
Kandungan senyawa kimia yang terdapat pada suku Zingiberaceae
berpotensi sebagai antioksidan, antibakteri, antivirus termasuk Covid 19 dan
antiinflamasi yang dapat dijadikan sebagai bahan baku obat yang bernilai
ekonomis tinggi (Nogueira et al., 2019). Senyawa dari suku Zingiberaceae dapat
menghalangi Covid 19 dikarenakan senyawa bioaktif gingerol yang terkandung di
dalam minyak jahe memiliki efek sebagai anti-inflamasi, antipiretik,
gastroprotective, cardiotonic dan antihepatoksik terhadap virus Covid 19 pada
masa pandemi (Wahyuni & Bermawie, 2020).
A. Bentuk pertumbuhan dan bagian tanaman yang digunakan
Hasil analisis dari bentuk pertumbuhan ini menunjukkan bahwa tumbuhan
pohon mewakili proporsi tertinggi yaitu (17 spesies / 28%), diikuti oleh herba (17
spesies / 28%), semak (14 spesies / 23 %) , pemanjat ( 5 spesies / 9%) dan perdu
(7 spesies / 12%) ) (Gambar 4.3). Temuan serupa diperoleh dengan Ani et
al. (2021), yang menemukan bahwa habitus pohon adalah yang dominan jenis
obat herbal di desa Ndano, Nusa Barat Tenggara. Masyarakat lokal di Desa Banai
menggunakan tumbuhan dengan bagian yang berbeda-beda untuk pembuatan obat
tradisional (meliputi getah, daun, batang, akar, biji, kulit kayu, bunga, dan buah)
(Gambar 4.4 ).
7
5
3 3 3 3
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
269
Terdapat beberapa jenis tumbuhan obat yang ditemukan baik yang
dibudidaya, di perkarangan rumah dan tumbuhan liar. Masyarakat di Desa Banai
membudidaya tumbuhan obat dikarenakan agar mudah tumbuh dan didapatkan
pada saat masyarakat sangat membutuhkan tumbuhan tersebut dilihat dari (Tabel
2.). Masyarakat di Desa Banai sering menggunakan salah satu tumbuhan yaitu
Alpinia purpurata (Vieill) K.Schum, dikarenakan tumbuhan ini mudah tumbuh
serta memiliki potensi sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Alpinia purpurata digunakan masyarakat untuk nyeri haid, asam urat, gangguan
pencernaan dan batuk. Tagetes erecta, dikarenakan tumbuhan ini mudah tumbuh
serta memiliki potensi sebagai obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
T.erecta dimanfaatkan oleh masyarakat dalam meringankan gejala sakit perut
pada anak-anak dan tumbuhan ini hampir ditanam di pekarangan masyarakat.
Dalam menghadapi sakit perut tumbuhan ini juga berkhasiat sebagai obat
gangguan pencernaan dan sembelit.
Gambar 4.2 Bentuk pertumbuhan tanaman obat berdasarkan bentuk hidup
Bagian tumbuhan yang banyak digunakan yaitu bagian daun sebanyak 50
%. Hutomo (2017) melaporkan pada bagian daun banyak digunakan sebagai obat
alami, karena pada umumnya teksturnya lunak serta mengandung air yang tinggi
mencapai 70-80% serta sangat mudah ditemukan. Pada daun didalamnya
terjadinya fotosintesis. Selain itu, daun merupakan tempat akumulasi fotosintesat
(merupakan prosesor/penyusun metabolit sekunder) yang diduga mengandung
unsur-unsur (zat organik) yang memiliki sifat menyembuhkan penyakit. Pada
bagian daun telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional karena adanya
senyawa bioaktif selain bagian dari tanaman (Surya & Ismail, 2019). Bagian
tumbuhan seperti daun juga sesuai dengan Qasrin (2020) melaporkan bagian daun
digunakan untuk ramuan obat dan sering di anggap dengan cara pengolahannya
yang praktis dibandingkan bagian yang lain. Selain itu, daun mudah diambil dan
memiliki khasiat yang baik serta tidak tergantung dengan musim.
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
270
Gambar 4.3 Bagian tanaman yang digunakan sebagai pengobatan manusia
Beberapa tanaman digunakan sebagai obat tradisional, seperti Hibiscus -
rosa-sinensis yang berkhasiat mengatasi demam, infeksi saluran kencing, batuk,
mimisan, kembung, penyubur rambut. Kandungan dari H -rosa-sinensis yaitu
polifenol, cyaniding diglucoside, hibisetin, zat pahit, lendir dan flavonoid.
Berdasarkan penelitian Ratih (2015), ekstrak daun sebagai alternatif paracetamol
dalam penurunan suhu tubuh akibat demam. Mulyani (2016) melaporkan bahwa
Curcuma longa memiliki efek herbal yang berkhasiat untuk menjaga stamina, anti
radang, anti kanker. Rimpang kunyit digunakan untuk menurunkan tekanan darah,
sakit perut, obat malaria, gangguan menstruasi. Kunyit termasuk tanaman
fitokarma bagian yang digunakan yaitu rimpang. Kandungan dalam rimpang yaitu
minyak atsiri, kurkumin, dimektosin, pati, kalium dan tannin. Berdasarkan
penelitian sejenis (Navia 2021) di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang
terdapat tanaman obat yang dikenal dengan daun sirih untuk pengobatan mimisan.
Daun digulung dan dimasukkan ke dalam lubang hidung masyarakat Indonesia,
khususnya mereka tinggal di pedesaan. Piper betle dikenal dengan senyawa
biologis aktifnya, yang antara lain alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, dan
minyak esensial, dan telah terbukti memiliki efek yang signifikan efek dalam
penyembuhan luka (Shah, Lubeck, Zhou, & Cai, 2016).
B. Metode persiapan dan Aplikasi
Ada beberapa cara yang berbeda untuk menyiapkan tumbuhan obat untuk
mengobati berbagai penyakit manusia. Pada penelitian ini, metode persiapan
dalam pembuatan obat tradisional dari tumbuhan adalah rebusan (67%), diikuti
diencerkan dengan air (25%), peras (3%), remas (2%) , tumbuk (1%) dan dibakar
(2%) dilihat dari (Gambar 4.5 ).
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
271
Gambar 4.4 Metode persiapan tanaman obat
Pada persiapan dari rebusan diperoleh (40 spesies, 67%) adalah metode
aplikasi yang paling umum untuk masyarakat di Desa Banai. Selama wawancara,
para responden menyatakan bahwa rebusan dari obat herbal dapat meningkatkan
rasa yang khas dari tanaman obat tersebut. Metode rebusan dianggap sebagai
metode utama dalam menyiapkan obat herbal dan dilakukan oleh berbagai etnis
lain di seluruh dunia Obat tradisional digunakan dalam empat cara utama,
termasuk diminum, makan diminum, oles dan minum dioles (Gambar. 4.6).
Pemberian diminum diperoleh (30 spesies (65%) merupakan metode dari
pemberian obat tradisional yang paling populer karena, penggunaannya yang
sederhana dan telah terapkan secara turun-temurun. Hu et al, (2020).
Diagram 4.5 Metode aplikasi tanaman obat
C. Nilai penting pada tanaman obat
Adapun nilai guna dari tanaman obat berkisar antara 0,03 hingga 1,00.
Nilai kegunaan dari tanaman obat diperoleh nilai kegunaan tertinggi Alpinia
Rebus
67%
diencerkan
dengan air
[PERCENTAG
E]
Peras
3%
Tumbuk
1%
Bakar
2%
Remas
[PERCENTAG
E]
Minum
65%
Oles
28%
Minum dan
oles
5%
Makan dan
minum
2%
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
272
purpurata (1,00), Tagetes erecta (1,00), Hibiscus-rosa-sinensis (0,61), Jatropha
curcas (0,47), Curcuma longa (0,3), Citrus x limon (0,27), Pandanus
amaryllifolius (0,23), Morinda citrifolia (0,23), Murraya koenigii (0,21) dan
Syzgium polyanthum (0,21). tanaman obat ini paling penting dalam pengobatan
tradisional masyarakat setempat, dengan UV > 0,50 (Gambar 4.7). Beberapa jenis
tanaman yang dipercaya dan diyakini oleh masyarakat di Desa Banai Kecamatan
Karang Baru sebagai bahan obat tradisional yang memiliki peran yang besar
dalam menjaga kesehatan terutama keluarga yaitu kategori penyakit seperti
demam, diare, sembelit, gangguan pencernaan, kolesterol, nyeri haid dan
sebagainya.
Gambar 4.6 Peringkat spesies tanaman obat yang paling penting menurut
UV
Penelitian ini sejalan dengan Sujarwo et al. (2014) yang menemukan
bahwa para tetua di suatu desa memiliki tingkat pengetahuan tanaman obat lebih
besar dari pada generasi muda. Selama survei secara langsung, ditemukan bahwa
generasi muda kurang atau tidak sama sekali mengetahui tanaman obat serta
pengobatan tradisional, mereka mengonsumsi obat-obatan yang dibeli langsung di
apotik. Penggunaan smartphone juga berdampak dikarenakan terkikisnya budaya
dikalangan generasi milinieal sekarang, terutama yang berkaitan langsung dengan
kearifan lokal mengenai tanaman obat serta potensi kegunaan dari tanaman
tersebut. Selain itu, para orang tua, terutama ibu telah mewariskan pengetahuan
tentang tumbuhan sebagai obat tradisional untuk anak-anak mereka (Navia et al.,
2021).
1
1
0.61
0.47
0.3
0.27
0.23
0.23
0.21
0.21
0 0.5 1 1.5
Alpinia purpurata (Vieill.) K.Schum
Tagetes erecta Linn
Hibiscus rosa-sinensis Linn
Jatropha curcas Linn
Curcuma longa Linn
Citrus limon (L.) Osbeck
Pandanus amaryllifolius Roxb. ex Lindl.
Morinda citrifolia Linn
Murraya koenigii (L.) Spreng.
Syzygium polyanthum Wigh Walp
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
273
Klasifikasi
penyakit
Nama penyakit
tertentu
Jumlah
laporan
penggunaa
n
Jumlah
spesies
ICF
Penyakit menular
dan parasit
tertentu ( CID)
Diare, Panu,
Malaria, Cacar,
Bisul
116
9
0,93
Penyakit sistem
peredaran darah
(CSD)
Hipertensi,
Hipotensi
109
13
0,88
Penyakit pada
sistem
pencernaan
(DSD)
Sembelit, Tukak
lambung, Sakit
perut, Sakit gigi,
Gangguan
pencernaan,
Kolesterol
115
13
0,89
Penyakit mata
dan Adneksa
(EAD)
Radang mata
18
3
0,88
Penyakit pada
sistem
genitourinari
(GD)
Nyeri haid,
Keputihan
103
6
0,95
Penyakit pada
sistem pernafasan
(RSD)
Sariawan, Asma
67
8
0,89
Penyakit
endokrin, nutrisi
dan metabolisme
( ENM)
Obesitas
6
1
1
Gejala dan tanda
yang melibatkan
sistem peredaran
darah dan
pernafasan
(DCR)
Batuk, Mimisan
154
13
0,92
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
274
Gejala, tanda dan
kelainan klinis
dan laboratorium
(SSA)
Demam
87
9
0,90
Penyakit pada
sistem
muskuloskeletal
dan jaringan ikat
(DMC)
Asam urat
106
5
0,96
Gejala dan tanda
yang melibatkan
kulit dan jaringan
subkutan (SCT)
Luka bakar
30
5
0,86
Penyakit sistem
reproduksi
disebabkan oleh
Virus
Herpes genitalis
8
1
1
Penyakit pada
sistrm kulit
Penyubur rambut
20
3
0.89
Cedera,
keracunan, dan
lainnya
konsekuensi dari
penyebab
eksternal (IPD)
Terkilir
11
2
0,90
Penyakit pada
sistem
muskuloskeletal
dan jaringan ikat
(MCD)
Rematik
35
5
0.88
Penyakit kulit
dan jaringan
subkutan (DS)
Gatal
37
3
0,94
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
275
D. Kategori Penyakit
Penyakit di Desa Banai Kecamatan Karang baru terbagi menjadi 16
macam. Dengan jumlah 116 laporan, pengguna tertinggi berasal dari Penyakit
menular dan parasit tertentu (CID) yaitu diare, panu, malaria, cacar dan bisul
sedangkan jumlah 6 laporan pengguna terendah Penyakit endokrin, nutrisi dan
metabolisme (ENM) yaitu Obesitas (Tabel 3.). Penyakit yang dilaporkan oleh
responden telah diklasifikasikan menurut International Classification of Disease
11 versi 2022 (https://icd.who.int). Sebanyak 29 penyakit di 11 kategori
didokumentasikan di Desa Banai (Tabel 3). Kategori penyakit ini dilihat dalam
penggunaan yang paling sering dijumpai adalah gejala, tanda, dan kelainan klinis
dan laboratorium.
E. Informant consensus factor (ICF)
Hasil perhitungan ICF diperoleh yaitu 29 jenis penyakit yang
dikelompokkan dalam 2 jenis penyakit yang memiliki tingkat homogenitas atau
keseragaman informasi yang tinggi (ICF mendekati 1) yaitu diare, asam urat,
demam, gangguan pencernaan (Tabel 3.). Nilai ICF merupakan nilai kepercayaan
masyarakat terhadap potensi setiap tumbuhan obat yang berfungsi untuk
mengobati penyakit dan diteliti lebih lanjut terutama senyawa bioaktifnya dan
aktivitasnya sebagai obat tradisional.
Tumbuhan seperti alpukat, sirsak, salam, jambu biji dan jeruk nipis. Iyos et
al., (2017) menyebutkan bahwa senyawa yang dapat membantu menurunkan
tekanan darah tinggi adalah senyawa flavonoid. Flavonoid bermanfaat untuk
memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh, mencegah terjadinya
penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan kolestrol, serta
mengurangi penumbuhan lemak pada dinding pembuluh darah. Senyawa
flavonoid yang terdapat pada tanaman diatas berkhasiat menurunkan tekanan
darah. Terdapat Psidium guajava di setiap lokasi digunakan untuk mengobati
diare. Komponen aktif yang banyak terdapat pada jambu biji yang memberikan
efek antidiare adalah zat tanin, flavonoid, minyak atsiri, dan alkaloid (Purbasari,
2019). Citrus aurantifolia untuk mengatasi batuk. Menurut penelitian Fajarwati
(2013) C. aurantifolia mengandung beberapa senyawa fitokimia seperti asam
sitrat, asam amino, minyak atsiri, dan flavonoid.
F. 6 FL (Tingkat Fidelitas)
Hasil perhitungan dari FL diperoleh 60 jenis tumbuhan yang digunakan oleh
masyarakat di Desa Banai dengan hasil tertinggi dengan rata-rata 100%. Sebanyak
10 jenis tanaman tertinggi yaitu Alpinia purpurata 100% , Tagetes erecta 100%,
Hibiscus rosa sinensis 61,66%, Jatropha curcas 46,66%, Curcuma longa 30%,
Citrus limon 26,66%, Pandanus amaryllifolius 23,33%, Morinda citrifolia
23,33%, Murraya koenigii 21,66% dan Averrhoa bilimbii 21,66% (Gambar 4.8).
Pada spesies A. purpurata dan T. erecta penggunaan tumbuhannya tinggi
dikarenakan tingkat pengetahuan masyarakat dalam mengetahui pengobatan
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
276
penyakit dengan spesies tersebut dan tingkat penggunaan tumbuhan dalam
pengobatan sering diaplikasikan sehingga tingkat pengetahuannya tidak memudar.
Gambar 4.7 Jenis Tumbuhan yang digunakan oleh Masyarakat di
Desa Banai dengan Nilai FL
KESIMPULAN
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan untuk bahan obat oleh masyarakat di Desa
Banai, Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang berjumlah 60 spesies
(37 famili). Penggunaan tumbuhan obat tertinggi adalah pada bagian daun dengan
cara pemanfaatan berupa rebusan (67%), diencerkan dengan air (25%), perasan
(3%), olesan (2%) , ditumbuk (1%) dan dibakar (2%). Nilai guna (UV) tertinggi
diperoleh pada dua spesies yaitu Alpinia purpurata (1,00) dan Tagetes erecta
(1,00), Berdasarkan ICF Informant Consensus Factor dengan nilai tertinggi
terdapat pada jenis penyakit diare, asam urat, demam dan gangguan pencernaan
dengan nilai rata-rata 1,00. Fidelity level (FL) tertinggi yaitu Alpinia purpurata
(100%), Tagetes erecta (100%) , Hibiscus rosa sinensis (61,66%) , Jatropha curcas
(46,66%),Curcuma longa (30%),Citrus x limon (26,66%), Pandanus
amaryllifolius (23,33%) , Morinda citrifolia (23,33%) , Murraya koenigii
(21,66%) dan Averrhoa bilimbii (21,66%) .
BIBLIOGRAFI
Aghajani, Asadollah, Abbas, Mujahid, & Roshan, Jamal Rezaei. (2014). Common
fixed point of generalized weak contractive mappings in partially ordered b-
metric spaces. Mathematica Slovaca, 64(4), 941960.
Ahmad, Bukhari, Deswita, Ria, Ningsih, Febria, & Syafriadi, Syafriadi. (2017).
Pengaruh model pembelajaran CORE dengan pendekatan scientific terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis dan mathematical habits of mind
mahasiswa matematika. Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 13(2), 3342.
Dianto, Ian, Anam, Syariful, & Khumaidi, Akhmad. (2015). Studi etnofarmasi
100
100
61.66
46.66
30
26.66
23.33
23.33
21.66
21.66
Alpinia purpurata (Vieill.) K.Schum
Tagetes erecta Linn
Hibiscus rosa-sinensis Linn
Jatropha curcas Linn
Curcuma longa Linn
Citrus limon (L.) Osbeck
Pandanus amaryllifolius Roxb. ex Lindl.
Morinda citrifolia Linn
Murraya koenigii (L.) Spreng.
Averrhoa bilimbi Linn.
FL (100%)
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
277
tumbuhan berkhasiat obat pada suku kaili ledo di kabupaten sigi, provinsi
Sulawesi tengah. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal of
Pharmacy)(e-Journal), 1(2), 8591.
Goldani, Andre A. S., Downs, Susan R., Widjaja, Felicia, Lawton, Brittany, &
Hendren, Robert L. (2014). Biomarkers in autism. Frontiers in Psychiatry, 5,
100.
Hu, Lei, Fang, Yue Wen, Qin, Feiyu, Cao, Xun, Zhao, Xiaoxu, Luo, Yubo,
Repaka, Durga Venkata Maheswar, Luo, Wenbo, Suwardi, Ady, & Soldi,
Thomas. (2021). High thermoelectric performance enabled by convergence
of nested conduction bands in Pb7Bi4Se13 with low thermal conductivity.
Nature Communications, 12(1), 110.
Kalayu, Haile. (2013). The effect of HRM practices on employees’ job
performance: a comparative study of private and public banks. Addis Ababa
University.
Nogueira, Idelfonso B. R., Martins, Márcio A. F., Requião, Reiner, Oliveira,
Amanda R., Viena, Vinícius, Koivisto, Hannu, Rodrigues, Alírio E.,
Loureiro, José M., & Ribeiro, Ana M. (2019). Optimization of a True
Moving Bed unit and determination of its feasible operating region using a
novel Sliding Particle Swarm Optimization. Computers & Industrial
Engineering, 135, 368381.
Nurrani, Lis, & Tabba, Supratman. (2013). Persepsi dan tingkat ketergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya alam Taman Nasional Aketajawe Lolobata
di Provinsi Maluku Utara. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan,
10(1), 6173.
Purbasari, Dian. (2019). Aplikasi metode foam-mat drying dalam pembuatan
bubuk susu kedelai instan. Jurnal Agroteknologi, 13(01), 5261.
Shah, Sheel, Lubeck, Eric, Zhou, Wen, & Cai, Long. (2016). In situ transcription
profiling of single cells reveals spatial organization of cells in the mouse
hippocampus. Neuron, 92(2), 342357.
Surya, I., & Ismail, H. (2019). The degree of filler dispersion, rheometric and
mechanical properties of carbon black-filled styrene-butadiene rubber
composites in the presence of alkanolamide. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 523(1), 12063. IOP Publishing.
Suwardi, Adi Bejo, NAVIA, ZIDNI ILMAN, HARMAWAN, TISNA, &
MUKHTAR, ERIZAL. (2020). Ethnobotany and conservation of indigenous
edible fruit plants in South Aceh, Indonesia. Biodiversitas Journal of
Biological Diversity, 21(5).
Wahyuni, S., & Bermawie, N. (2020). Yield and fruit morphology of selected
high productive Papua nutmeg trees (Myristica argentea Warb.). IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 418(1), 12032. IOP
Publishing.
Zahra, Shaker A., & George, Gerard. (2017). International entrepreneurship: The
Cut Azura Izatul Nufus / JOSR: Journal of Social Research, 1(11), 263-276
Etnobotani Tumbuhan Obat Di Desa Banai Karang Baru Aceh Tamiang Aceh
278
current status of the field and future research agenda. Strategic
Entrepreneurship: Creating a New Mindset, 253288.
Ziegler, Carly G. K., Miao, Vincent N., Owings, Anna H., Navia, Andrew W.,
Tang, Ying, Bromley, Joshua D., Lotfy, Peter, Sloan, Meredith, Laird,
Hannah, & Williams, Haley B. (2021). Impaired local intrinsic immunity to
SARS-CoV-2 infection in severe COVID-19. Cell, 184(18), 47134733.
© 2021 by the authors. Submitted for possible open access
publication under the terms and conditions of the Creative
Commons Attribution (CC BY SA) license
(https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).